Wilayah perdesaan Pabelan terletak di sepanjang bantaran Sungai Pabelan, yaitu sebuah sungai purba tua yang berhulu di Lereng Gunung Merapi. Desa Pabelan sudah ada sekitar 120 tahun yang lalu menurut penelitian Van Erp dari Belanda, namun hingga saat ini belum diketahui siapa yang memberi nama desa dengan nama Pabelan. Menurut versi sejarah dari mulut ke mulut nama Pabelan berasal dari kata Papan Pembelaan yang berarti tempat berjuang untuk bangsa dan negara melawan penjajahan yang ada pada saat itu yaitu penjajahan Belanda. Adanya sejarah perjuangan melawan penjajahan Belanda di wilayah Desa Pabelan dikuatkan dengan bukti sejarah berupa keberadaan rel kereta api di perbatasan desa serta stasiun kereta api di wilayah Muntilan yang menjadi jalur pokok transportasi ke Ibukota Pemerintahan Jogjakarta sebelum pindah ke Batavia, yang mana lokasi bantaran Sungai Pabelan menjadi tempat strategis untuk menghadang musuh. Untuk mengenang perjuangan rakyat dalam melawan penjajahan berbekal senjata tradisional yaitu bambu runcing maka Pemerintahan Masa Orde Baru membangun sebuah monumen yang diberi nama Monumen Bambu Runcing, di wilayah utara desa yang saat ini termasuk di wilayah Desa Tamanagung yaitu desa yang berbatasan langsung dengan dengan wilayah Desa Pabelan.
Wilayah Desa Pabelan saat ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Dalam menjalankan pemerintahan tingkat desa, Kepala Desa dibantu oleh Perangkat Desa, RT dan tokoh masyarakat. Berikut ini adalah susunan nama yang tercatat pernah menjabat sebagai Kepala Desa Pabelan, berdasarkan catatan yang ada di Desa Pabelan serta berdasarkan keterangan dari tokoh masyarakat :
No |
Nama Kepala Desa |
Masa Bhakti Jabatan |
1 |
H. Asy’ari |
Tahun 1942-1974 |
2 |
Bahrowi |
Tahun 1974-1976 |
3 |
Muchtar Abas |
Tahun 1976-1991 |
4 |
Nunun Nuki Aminten |
Tahun 1991-1999 |
5 |
Nunun Nuki Aminten |
Tahun 1999-2007 |
6 |
Ahmad Faiz Amin |
Tahun 2007-2012 |
7 |
Nucholis |
Tahun 2012-2013 |
8 |
Wahyudin |
Tahun 2013-2019 |
9 |
Wahyudin |
Tahun 2019-2025 |